Advertisement

Breaking News

Friday 29 January 2016

Cara Mengatasi Penyakit Berak Kapur Pada Ayam



Penyakit ini disebut juga pullorum atau salmonellosis. Penyebabnya adalah bakteri Salmonella pulloum. Disebut berak kapur karena kotoran ayam yang menderita penyakit ini menjadi encer dan berwarna putih menyerupai kapur. Sifat penyakit ini sangat menular dan bisa mengakibatkan kematian pada anak ayam.

Berak kapur dilaporkan sudah menyerang unggas di Pulau Jawa pada tahun 1950. Sekarang, penyakit ini sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Penyakit yang punya nama lain berak putih ini bisa menyerang ayam kampung dari anakan hingga dewasa. Anak ayam yang terserang penyakit ini umumnya tidak mampu bertahan hidup lama. Sementara itu, ayam yang terserang berak kapur tetapi tidak sampai mati berpotensi sebagai carrier (pembawa atau penular) penyakit.


Berak kapur termasuk penyakit menular yang sangat ganas. Gejala spesifik adalah kematian pada anak ayam yang baru menetas atau baru diturunkan dari mesin tetas. Kematian ini biasanya terjadi berturut-turut tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya. Sebelum mati, anak ayam tampak lsu, kurang nafsu makan, berkerumun dan berdesak-desakan di bawah lampu seperti kedinginan, merunduk, mengantuk, pucat, bulu kusut, dan sayapnya menggantung. Namun, gejala utamanya adalah anak ayam mengalami diare terus-menerus.

Kotoran ayam encer berlendir, berwarna putih seperti kapur dan berbusa. Kotoran ini juga melekat pada bulu-bulu di sekitar anus dan sulit dibersihkan kalau sudah mengering. Karena kotorannya berwarna putih, ada yang menyebut penyakit ini penyakit bacillary white atau diare putih. Ayam dewasa jarang sekal terserang penyakit ini. Kalaupun ada, biasanya tidak serius paling-paling produktivitas telurnya akan menurun dan daya tetas telurnya rendah. Penyakit ini bisa ditularkan melalui berbagai cara.


Di antaranya melalui induk yang mengidap penyakit pullorum, kontak langsung dengan anak ayam yang sakit, peralatan kandang atau pakan yang terinfeksi bakteri Salmonella pullorum, atau melalui tamu yang berkunjung ke kandang dan binatang pembawa penyakit lainnya, seperti burung dan tikus. Anak ayam yang berasal dari induk carrier biasanya juga mempunyai potensi terserang penyakit berak kapur karena penyakit ini bersifat menurun. Upaya pencegahan penyakit berak kapur yang bisa dilakukan sebagai berikut.
  • Kebersihan kandang harus dijaga serta mesin tetas, boks dan kandang yang tidak terisi harus dibersihkan secara rutin. Sebelum dan sesudah menggunakan mesin tetas disemprot dengan larutan kaporit (1:1000), larutan chinosol (1:1000), biochid (17 ml dicampur air 10 L) atau bisa menggunakan antiseptik lainnya.
  • Semua bagian kandang sebaiknya ditaburi dengan gamping. Peralatan kandang dicuci dan dikeringkan setiap hari. Kotoran ayam dibersihkan setiap hari.
  • Jangan biarkan binatang liar seperti tikus, kucing ataupun burung masuk ke areal peternakan.
  • Telur-telur yang akan ditetaskan harus berasal dari induk yang bebas penyakit pullorum. Telur-telur yang tidak menetas harus dikubur sedalam mungkin.
  • Anak ayam yang sakit harus dipisahkan dari yang lainnya. Jika ditemukan ayam yang mati, segera bakar atau kubur sedalam mungkin.
  • Berikan obat cacing secara rutin pada anak ayam. Tambahkan obat pencegah penyakit berak kapur pada air minum ayam.
Untuk menekan angka kematian anak ayam yang sudah terserang pullorum bisa digunakan antibiotik Neoterramycin 25 Soluble Powder. Takarannya, setiap 2 gram dicampur dengan 1 liter air minum. Antibiotik ini diberikan selama 3 hingga 5 hari. Sementara itu, obat untuk penyakit berak putih diberikan selama masih dibutuhkan. Cara pemberiannya bergantung pada tingkat keparahan penyakit, yakni dicampurkan ke dalam air minum jika penyakit ringan, diteteskan jika penyakit sedang, atau disuntikkan jika penyakit sudah parah.



Sekian dan Semoga Artikel ini Bermanfaat untuk kita semua, Terima Kasih . 


.


0 comments:

Post a Comment